Diam, Termenung, dan Diam
Memandang kelamnya malam
Memandang taburan bintang di angkasa
Melihat bayangan di atas wajahku
Termenung ‘ku melangkah di hidup ini
Hanya ada renungan yang membayang di pikiranku
Wahai dunia, apakah ini yang sebenarnya
Sungguh indah di cahaya mata
Tapi ntahlah yang sebenarnya
Seakan sendiri melangkah pahitnya hidup ini
Mungkin ‘ku tak sendiri
Seandainya kau ada di sini denganku
Berbagi rasa yang sama
Walaupun takkan pernah sama
Tapi hanya bayangmu yang selalu menemaniku
Hiasi malam sepiku
‘Ku sangat ingin bersama dirimu
Memang tak selalu ada yang terbaik
Dari diri ini
Tapi ‘ku tak akan pernah berpaling darimu
Jiwa, rasa, dan kisana
Sanggupkah ‘ku terus terlena
Tanpa ada seorangpun yang menemaniku
Ntahlah…
Hanya pikiran yang mematung tersirat
Syair ini seutas lintasan dalam pikiranku
Untuk diriku seorang, atau juga untuk dirimu
Ntahlah…
Seperti terbesit heningan diriku
Ya Tuhan..
Hanya kepadamu aku berpulang dan menghiba
Tentang semua yang terjadi dalam hidupku
Sesungguhnya aku hanya sebidak catur dalam permainan catur
Yang telah engkau ciptakan..
Tapi semua akan ‘ku jalani
Seperti rambut ini yang kian memutih
Menunggu dan melangkah seorang diri
Seperti untaian bunga krisan yang berguguran
Mata ini merah menahan tangis
Wahai jiwa apakah ‘ku sanggup menahan
Menahan semua seorang diri!
Seandainya ada dirimu yang menemaniku
Tapi apakah itu mungkin?
Hanya diam yang jujur menjawab….
READMORE....!!
Read More......