Meskipun Facebook telah meraih pengguna sampai lebih dari 700 juta, kehadiran Google+ rupanya dianggap sebagai ancaman.
Kehadiran Google+ di ranah maya telah membangkitkan hawa persaingan yang panas dengan facebook. Meskipun Facebook telah meraih pengguna sampai lebih dari 700 juta, kehadiran Google+ rupanya dianggap sebagai ancaman. Betapa tidak, meskipun masih dalam tahap percobaan, Google+ telah digunakan jutaan orang. Pada akhir pekan ini, diperkirakan angkanya akan mencapai 20 juta orang, hanya beberapa hari sejak perkenalannya. Google+ adalah proyek jejaring sosial baru dari Google. Sebagaimana Facebook, pengguna Google+ bisa melakukan pembaruan status, mengirimkan foto dan video dalam jaringan, serta menjalin jaringan pertemanan yang luas. Malah, bukan hanya teman Google+ juga membagi kriteria mereka yang ada dalam jaringan ke dalam keluarga, teman, atau pengikut. Google juga menyediakan fitur untuk melakukan chatting dan konferensi video. Layanan terakhir ini baru dirambah Facebook bersama Skype.
Persaingan itu berlanjut ke aplikasi pihak ketiga. Facebook memblokir tool pengekspor Google+ yang salah satunya pengguna Google+ memperbarui status Facebook-nya dari Google+. Sebelumnya, Facebook memblokir Google+Facebook, aplikasi pihak ketiga yang mampu mengekspor kontak Facebook ke situs lain seperti Google+. Korban lainnya adalah Open-Echange, sebuah layanan yang mengizinkan pengguna Facebook mengekspor detail teman-temannya ke produk dan layanan lain. Pemilik Open-Xchange mengklaim bahwa pihaknya telah mengikuti syarat dan ketentuan Facebook. Tapi Facebook mengirimkan e-mail dan menyatakan bahwa Open-Xchange telah melanggar ketentuan. Open-Xchange disebutkan tak boleh memakai daftar teman pengguna Facebook diluar aplikasi Open-Xchange. Open-Xchange menyatakan kekecewaannya. Tidak hanya karena Facebook telah memblokir apa yang mereka percaya sebagai hal yang sah, tapi juga karena Open-Xchange menilai Facebook terlalu jauh mengontrol informasi pribadi penggunanya.
"Bila Anda ingin melihat apa yang terjadi ketika sebuah perusahaan mengontrol data pribadi Anda untuk keuntungan mereka, inilah contohnya," kata Rafael Laguna, CEO Open-Xchange. Facebook juga memblokir layanan di Google Chrome yang bernama Facebook Frien Finder. Layanan ini mengizinkan pengguna mengeskpor kontak Facebook melalui alamat e-mail, sebuah fitur sekarang populer dengan peluncuran Google+. Perseteruan ini rupanya telah menarik minat penjahat dunia maya. Baru-baru ini muncul scammer baru di Facebook yang menyamar sebagai undangan untuk menjadi pengguna Google+. Scammer itu diberi judul "Google+-Get Invite" lalu diikuti sebuah tautan yang dilengkapi deskripsi seperti "Unoffical Fan Page" dan " Page:80.000 people like this".
Menurut perusahaan antivirus Sophos, begitu tautan itu diklik, korban akan diminta memberi izin akses dari pihak ketiga . Bila disetujui , korban kemudian diminta mengundang lebih banyak teman mengikuti skema itu. Padahal itu bukanlah undangan Google+ yang sebenarnya. Korban justru telah membuka pintu akses seluas-luasnya bagi pemilik scam untuk mengirimkan email sampah alias spam dan mencuri informasi pribadinya. "Jadi scam itu tak hanya ingin menggali data Anda, tapi juga merekomendasikan Anda mendistribusikan scam tersebut kepada teman-teman, sehingga bisa menggali data mereka juga," kata Graham Cluley, konsultan teknologi Sophos.
SUMBER: iTempo
0 komentar:
Posting Komentar